Review " Bertanya atau menjadi Keledai"
Pada artikel kali ini saya akan membahas sebuah buku yang jika kita lihat judulnya, sebenarnya cukup menarik. Harapan saya ketika telah selesai membaca buku ini tentunya saya dapat lebih paham dan mengerti strategi-strategi dalam membuat pertanyaan. Tapi ternyata buku ini tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Isi buku ini tidak membahas sampai ke topik yang saya inginkan.
Buku ini lebih mengarah ke apa saja manfaat kita bertanya, macam-macam pertanyaan, hingga cara penyampaian pertanyaan yang baik dan benar. Untuk manfaat bertanya tentunya kita sudah mengetahuinya dengan mudah, yaitu untuk mendapat sebuah jawaban. Dan begini jugalah isi buku ini, hanya sebatas itu-itu saja. Hanya saja, disini juga dicontohkan bagaimana pertanyaan kita bisa menggiring orang yang kita tanya menuju ke apa yang kita mau.
Misalnya seorang karyawan mampu menyelesaikan sebuah proyek dalam 3 minggu. Lalu si karyawan dipanggil oleh bosnya dan ditanyai beberapa pertanyaan yang akhirnya mampu mempersingkat waktu kerja karyawan tersebut hingga 1 minggu. Ya walaupun dengan tambahan tenaga. Sebagai orang awam yang memandang kejadian tersebut, tentunya hal tersebut memang wajar dan sangat bisa dilakukan. Apalagi dengan tambahan tenaga. Disinilah kurang menariknya buku ini, kurang menunjukkan ide-ide yang "wow".
Lalu ada juga dibahas tentang mengapa kita malu bertanya. Anda semua pasti punya mengetahui alasan-alasan orang takut untuk bertanya. Tanpa membaca buku ini pun, saya yakin anda tahu. Orang takut/malu bertanya karena takut kalau pertanyaannya ternyata "b aja". Orang takut bertanya karena "insecure" dengan pertanyaan yang ia pikirkan, mutu pertanyaannya rendah dibanding pertanyaan-pertanyaan lainnya. Orang takut bertanya karena takut dianggap bodoh/lemah. Orang takut bertanya karena takut nantinya ia dimusuhi teman-temannya, dan sebagainya. Tentu saja hal-hal tersebut tidak semuanya benar.
Masa yang kita jalani sekarang ini muncul dari pertanyaan-pertanyaan liar yang telah ada jauh sebelumnya. Menurut saya, imajinasilah yang awalnya berperan dalam hal ini. Dari imajinasi yang ada, akan muncul pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana. Manusia berimajinasi untuk bisa terbang, lalu muncullah pertanyaan-pertanyaan tersebut yang akhirnya saat ini bisa dijawab. Manusia berimajinasi di masa depan, kita bisa bergerak dengan kecepatan cahaya. Apa mungkin terjadi? Masih menjadi mimpi belaka.
Di buku ini ada bab "bertanyalah secara cerdas". Saya tidak tahu apakah saya yang kurang fokus untuk membacanya ataukah memang isinya "tidak benar-benar ada". Saya membaca bab ini dan isinya hanya mengangkat sebuah contoh percakapan legenda antara seorang raja bijaksana dengan para ajudannya. Menurut saya, penulis bahkan belum mampu untuk menguasai gagasan dari tema bab ini. Ia tidak bisa menunjukkan penerapan di kehidupan sekarang ini. Cerita-cerita legenda bijak tersebut bisa saja disampaikan oleh filsuf-filsuf yang memang sudah sangat mumpuni. Sedangkan yang pembaca mau yaitu bagaimana cara memunculkan pertanyaan-pertanyaan cerdas.
Selain itu, buku ini mengarahkan kita untuk membut pertanyaan-pertanyaan yang lebih baik. Maksud baik disini yaitu pertanyaan yang kita tanyakan bersifat positif dan tidak menjatuhkan/menyudutkan narasumber.dan yang terakhir kembangkanlah budaya bertanya, agar anda tidak tersesat dijalan dan tidak menyesal di kemudian hari.
Demikian review "Bertanya atau menjadi Keledai" ini. Buku ini merupakan buku yang saya pinjam dari perpus daerah Palangka. Buku ini terbit tahun 2009 dan memiliki tebal 154 halaman. Akhir kata saya mengucapkan terimakasih untuk anda yang telah membaca artikel ini. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan kata. Sampai jumpa di artikel-artikel selanjutnya. Salam hangat -PC
Comments
Post a Comment