Review "Untuk Indonesia yang Kuat"

 


Ini buku keempat yang saya pinjam dari perpustakaan daerah Palangka. Awalnya saya memilih buku ini karena tertarik dengan judulnya yaitu untuk mewujudkan Indonesia yang lebih kuat. Kuat yang dibahas dibuku ini mengarah kepada pondasi ekonomi dari golongan ekonomi menengah. Buku ini terdiri dari 6 bab dan 240 halaman, diterbitkan tahun 2011.

Jujur, sebenarnya saya kurang tertarik untuk belajar di bidang ekonomi dalam pembangunan bangsa. Saya lebih menyukai dunia pendidikan maupun dunia energi ketika membahas masalah ini. Tapi karena bukunya sudah dipinjam, tidak ada salahnya untuk mulai belajar ekonomi sedikit.

Sebelum masuk ke pembahasan yang lebih dalam, kita harus tau dulu apa itu golongan menengah. Golongan menengah adalah anda-anda semua yang masih bisa membaca tulisan ini. Punya tempat tinggal untuk ditinggali baik kontrakan atau rumah sendiri, punya uang untuk membeli kebutuhan elektronik seperti pulsa, paket, dll. Yang pasti, kita dapat menjalani kehidupan tanpa harus berpikir "nanti malam tidur dimana ya?". Sebenarnya saya juga kurang puas tentang penjelasan dari golongan menengah ini. Walaupun kesannya seperti mengkotak-kotakkan eknomi masyarakat, tapi memang seperti itu adanya. Jadi kalau anda punya pengertian yang lain, itu juga tidak masalah.

Secara umum, buku ini membahas money plan yang harus dipersiapkan oleh golongan menengah ini pada saat usia produktifnya. Mereka harus mampu untuk memenuhi kebutuhan dana pensiun, asuransi, biaya sekolah anak, dan dana-dana darurat lainnya. Lebih baik lagi jika mereka dapat beramal untuk lingkungan sekitarnya, menghidupi orang tua serta keluarga-keluarganya. Golongan menengah ini harus melek dengan biaya-biaya tersebut. Bagaimana cara memenuhi biaya-biaya tersebut? Tentunya bukan dengan menabung.

Menabung bisa dilakukan untuk dana-dana yang sudah di depan mata. Misalnya ketika istri hamil, kita cukup menabung untuk biaya persalinan istri kita. Hal ini bisa dilakukan karena jarak kehamilan dan kelahiran hanya sekitar 9 bulan, jadi tidak perlu untuk berinvestasi. Lalu bagaimana dengan target keuangan jangka panjang? Investasi jadi solusinya. Saya tidak terlalu tahu-menahu soal investasi ini. Tapi setelah membaca ini, pikiran saya mulai sedikit terbuka.

Kenapa kita memilih investasi daripada menabung? Jawabannya yaitu inflasi. Setiap tahun, negara kita mengalami inflasi. Inflasi yang saya ketahui yaitu menurunnya nilai mata uang atau bisa juga naiknya harga barang-barang dan jasa. Indonesia mengalami tingkat inflasi sebesar 3.49% dari Agustus 2018-Agustus 2019. Jadi intinya inflasi itu nyata adanya.

Lalu apa hubungan inflasi dengan investasi dan menabung? Jika kita menabung, inflasi akan menggerogoti nilai uang dalam tabungan kita. Contoh kecilnya, saat masih SMP (2012) saya masih dapat menemukan gorengan dengan harga Rp500 per item. Sekarang harga gorengan minimal Rp1000. Jadi, inflasi antara tahun 2012 ke 2020 terhadap harga jual gorengan yaitu 100%. Itu masih hal-hal kecil. Contoh lainnya, uang sekolah di SMA saya pada 2015 kalau tidak salah sekitar Rp450.000 dan tiap tahun mengalami kenaikkan sebesar 50-100 ribu (agak lupa karena ga pernah bayar uang sekolah:)). Dari contoh diatas, uang yang telah kita siapkan pada tahun 2010 untuk biaya sekolah anak kita di tahun 2015 ternyata kekurangan karena kita mempersiapkan dana yang ada dengan melihat harga uang sekolah pada tahun 2010, bukan 2015. Bayangkan biaya pensiun yang nantinya ia butuhkan pada saat ia berhenti bekerja. Pasti jauh lebih besar.

Beda hal dengan investasi (khusnya jangka panjang). Tren investasi biasanya berbarengan dengan inflasi. Misalnya harga saham PT Unilever pada awal berdirinya hanya sekitar Rp3000 per lembar. Sekarang perkembangan harga sahamnya bisa kita lihat di bawah. Bayangkan kenaikkan yang signifikan dari grafik tersebut. Pada tahun 2009 hanya Rp11.050, Pada 2018 menjadi Rp45.400.

Sebenarnya saya juga berniat untuk mempelajari bidang ini, tapi karena belum memiliki penghasilan tetap jadi sulit untuk mengembangkannya. Jadi konsep untuk investasi seperti penjelasan tadi. Investasi juga bisa dalam bentuk emas, tanah, ataupun saham atau reksadana. Untuk lebih jelasnya, silahkan cari di referensi-referensi lain.

Selain investasi, kita harus mampu untuk mengatur gaya hidup kita. Mengurangi penggunaan kartu kredit, mengurangi nongkrong yang menghabiskan banyak uang, dan berlibur ke lokasi yang belum tepat. Kita bisa melakukan itu semua jika kita sudah mandiri secara finansial. Ribet dah kalau mau bahas versi lengkapnya disini.

Jadi itu saja yang dapat saya simpulkan dari buku ini. Penulis lebih banyak mendorong untuk hidup hemat serta berinvestasi. Karena penulis juga berasal dari pekerjaan berupa financial planner, jadi ia juga menyarankan kepada masyarakat untuk mempunyai financial planner masing-masing agar uang yang ada dapat terkelola dengan baik.

Demikian review buku kali ini. Jika ada penulisan kata maupun informasi yang kurang tepat harap maklum. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih untuk yang telah membaca artikel ini dan sampai jumpa di artikel-artikel berikutnya. Salam hangat -PC

Comments

Popular posts from this blog

Gimana Rasanya Pacaran dengan Memeng?

Review "Kuliah vs Kuli-ah"