Review "Maju dengan Membaca"
Selamat pagi dan selamat datang kembali di blog ini. Dalam artikel ini, saya akan mereview sebuah buku karangan Abdul Kharis & Wahjudi Djaja yang berjudul Maju dengan Membaca. Buku ini merupakan buku yang saya pinjam dari perpustakaan daerah Palangka Raya bersama satu buku lainnya yang akan dibahas di artikel selanjutnya.
Buku ini memiliki halaman yang tidak begitu tebal, hanya terdapat 60 halaman akan tetapi tulisan yang ada sangat padat/rapat. Jika kita amati dari judulnya, buku ini memiliki bahasan yang sangat luas. Membaca dalam konteks ini bisa bermacam-macam, mulai dengan menggunakan buku bacaan, majalah/artikel sampai dengan media e-book. Akan tetapi, di dalam buku ini semuanya membahas tentang perpustakaan mulai dari awal berdirinya hingga inovasi-inovasi perpustakaan terbaru. Jadi menurut saya, judul di buku ini kurang tepat karena tidak menggambarkan isi yang ada di dalamnya secara mendetail.
Sekarang kita akan membedah isi dari buku ini. Di bab pertama buku ini, penulis lebih membahas tentang perkembangan tradisi baca tulis di Indonesia mulai dari zaman-zaman kerajaan. Seperti yang telah kita pelajari di tingkat SMP maupun SMA, orang-orang dari zaman kerajaan sudah mengetahui tentang bahasa tulis menulis yang dituangkan dalam media batu, tembaga, lontar hingga akhirnya kertas. Lalu dari mana awal perpustakaan yang ada di Indonesia? Perpustakaan di Indonesia mulai ada saat zaman penjajahan Belanda. Belanda membentuk sebuah lembaga bernama Bataviasch Genootschap van Kunsten en Wetenchap yang awalnya dikelola oleh kalangan rohaniawan. Seiring berjalannya waktu perpustakaan mulai menyebar khususnya di pulau Jawa. Mulai 1916 perpustakaan-perpustakaan yang ada dikumpulkan menjadi satu dibawah Vereeniging tot bevordering van het bibliotheekwezen. Lembaga ini nantinya akan berubah dengan nama Perpustakaan Nasional saat Indonesia telah merdeka.
Disini juga dibahas tentang fungsi-fungsi perpustakaan yaitu fungsi pelestarian, informasi, pendidikan, rekreasi serta budaya. Nah sekarang untuk topik sesuai judul, disini dipaparkan tentang penyebab rendahnya budaya baca di Indonesia. Beberapa penyebabnya yaitu kemiskinan, rendahnya kesadaran masyarakat serta minimnya peran serta swasta. Nah menurut saya (lagi) penyebab-penyebab rendahnya minat baca yang dipaparkan penulis masih terlalu sedikit. Sekolah, ruang umum, ketersediaan bahan bacaan dll juga termasuk dalam faktor-faktor tersebut. Mungkin nanti akan saya tulis juga artikel tentang ini.
Di bab-bab selanjutnya dibahas tentang teknis-teknis pengadaan perpustakaan mulai dari desa hingga kota. Disini dicantumkan tentang tugas-tugas pustakawan, penulisan administrasi perpustakaan, koleksi bahan pustaka, gedung, anggaran dll (silahkan baca sendiri). Di penutup buku ini penulis memberikan beberapa saran kepada orang tua anak serta kepada pustakawan. Saya tertarik dengan peran orang tua yang penulis cantumkan, yaitu:
- Menjadikan budaya baca menjadi tradisi di keluarga
- Membiasakan menghadiahi buku kepada anak
- Mengajak anak untuk mengunjungi perpustakaan dan toko buku secara rutin
- Membimbing anak saat membaca buku
- Bertanya tentang isi buku yang telah anak baca.
Comments
Post a Comment